Bukti Aisyah Istri Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam sosok Cerdas dan Pintar

Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq , istri Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam, tidak hanya dikenal dengan paras yang cantik, tetapi terkenal sebagai sosok yang cerdas.

Perempuan yang dijuluki Humaira (pipi kemerah-merahan) oleh Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam itu selalu berpikir kritis dan analis dalam melihat suatu peristiwa. Ilmu hadits pun bisa dikatakan berutang banyak pada istri ketiga Nabi Shallallahu’Alaihi Wa Sallam tersebut. Aisyah menghafal sebanyak 2.219 hadits Rasulullah. Tidak hanya dari aspek periwayatan tetapi juga pemahaman.

Ini, misalnya, terlihat jelas dalam kasus hadits berikut. Suatu ketika, Abu Hurairah menanyakan kepada ‘ Aisyah perihal hadits yang menyebutkan, sholat seseorang bisa batal karena tidak adanya pembatas yang menghalang orang dari melintas ( didepan orang shalat itu), disebabkan melintasnya perempuan, himar, dan anjing hitam.

Sanad hadits ini juga diperoleh dari sahabat Nabi Shallallahu’Alaihi Wa Sallam lainnya, semisal Abu Dzar Al-Ghifari. Mendengar keterangan itu,’ Aisyah lantas menyampaikan pendapatnya, berdasarkan pengalamannya serumah dengan Nabi Shallallahu’Alaihi Wa Sallam. Dia berkata, “ Demi Allah, aku melihat Nabi Shallallahu’Alaihi Wa Sallam sedang sholat, sementara aku sedang tiduran telentang diatas tikar, kakiku berada diantara beliau dan kiblat. Timbul niat dariku untuk tidak duduk yang mana bisa mengganggu shalat Nabi Shallallahu’Alahi Wa Sallam. Maka, aku membiarkan kakiku terjulur dihadapan Nabi Shallallahu’Alaihi Wa Sallam. “

Disini, ‘Aisyah hendak menegaskan pandangannya kepada sahabat Nabi Shallallahu’Alaihi Wa Sallam itu. Seseorang hendaknya mengkaji terlebih dahulu seluruh keterangan yang ada sebelum dapat menyimpulkan suatu hukum. Dalam kasus ini, ‘Aisyah tak setuju pada anggapan sholat seseorang batal bila ada orang melintas didepannya. Buktinya, lanjut Sang Humaira, Nabi Shallallahu’Alaihi Wa Sallam tetap meneruskan shalatnya meskipun kaki ‘Aisyah melintang dihadapan beliau.

Kisah di atas hanyalah satu dari rupa-rupa kontribusi ‘Aisyah bagi ilmu hadits. Perempuan mulia itu memang berperan penting dalam menyampaikan risalah Nabi Shallallahu’Alaihi Wa Sallam. Sebab utamanya, tentu, lantaran ia tinggal serumah dengan Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam dan rumahnya pun bersisian dengan Masjid Nabawi.

Namun, kedekatan itu tak mungkin berarti apa-apa bila tak ditunjang kecerdasan dari sang perempuan itu sendiri. Sesudah wafatnya Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam di Madinah dan Makkah marak bermunculan majelis-majelis keilmuan.

Ada yang diselenggarakan para sahabat dari kalangan pria, semisal Abu Hurairah , Ibnu Abbad, atau Zaid bi Tsabit. Bagaimanapun, majelis ilmu yang bisa dibilang paling besar ialah yang diadakan Siti ‘Aisyah Radiyallahu’anhu. Bahkan, dialah yang menjadi poros utama dalam transmisi keilmuan Islam pada fase sahabat dan tabiin.

 

Sumber : https://republika.co.id/berita/qd1svx320/bukti-aisyah-istri-rasulullah-saw-sosok-cerdas-dan-pintar