Sudahkah Kita Muhasabah ?

Salah satu amalan yang hendaknya kita lakukan dalam setiap hari-hari kita adalah memperbanyak muhasabah diri. Muhasabah artinya memperhatikan amalan diri, kemudian meninggalkannya apabila itu berupa kejelekan dan tetap terus mempertahankan amal kebaikan yang telah dilakukan.

Perintah agar setiap hamba selalu muhasabah

 Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan setiap hamba untuk muhasabah terhadap dirinya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman ;

“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok ( akhirat ). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. “ ( QS. Al Hasyr : 18-19 )

Ayat ini merupakan ayat yang merupakan landasan pokok bagi hamba untuk senantiasa muhasabah terhadap amal perbuatannya.

Terdapat pula hadits yang menunjukkan disyariatkannya muhasabah. Dari sahabat Syaddad bin Aus radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’Alaihi Wa Sallam bersabda, “ Orang cerdas adalah orang yang menundukkan jiwanya dan beramal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. “ ( HR Tirmidzi )

Bentuk Bentuk Muhasabah

Pertama, Muhasabah terhadap amal-amal yang wajib. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan “ Muhasabah jiwa yang pertama kali dilakukan adalah tentang amal kewajiban. Jika ada yang kurang dalam penunaiannya, maka hendaknya dia mengulangi atau merperbaikinya. “

Kedua, Muhasabah terhadap perkara keharaman yang dilarang syariat. Jika masih terjerumus riba, maka harus membersihkan dan meninggalkannya. Jika masih mengambil hak orang lain, segera kembalikan. Jika pernah menggunjing orang lain, merendahkan, atau menghinanya, maka segera minta maaf dan mendo’akan kebaikan untuknya, dan lain sebagainya. Juga bertekad untuk tidak mengulanginya, disertai dengan memperbanyak amal dengan harapan menghapus dosanya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “ Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan ( dosa ) perbuatan-perbuatan yang buruk. “ ( QS. Hud : 114 )

Ketiga, Muhasabah dari perbuatan yang melalaikan. Hendaknya kita intropeksi diri, apakah masih sibuk dengan banyak hal melalaikan seperti berbagai tontonan dan permainan ( meskipun itu bukan keharaman ? ) Hendaknya kita banyak mengisi waktu kita dengan berdzikir dan beribadah, serta amal ketaatan lainnya.

Keempat, Muhasabah terhadap perbuatan anggota badan. Apa yang kita lakukan dengan kedua kaki kita , tangan kita, telinga kita, mata kita, dan juga lisan kita ? Hendaknya kita memperbaikinya dengan menggunakan semua anggota badan kita dalam ketaatan kepada Allah dan meninggalkan berbagai kemaksiatan.

Kelima, Muhasabah terhadap niat. Apa yang kita inginkan dengan amal kita ? Apa yang ada dalam niat kita ? Sudah seharusnya kita secara khusus muhasabah terhadap niat yang ada dalam hati, karena betapa berat dan susahnya muhasabah tentang niat ini. Hati ini sangat mudah berbolak-balik, sehingga perlu kesungguhan dan butuh diulang-ulang terus untuk memperbaikinya.

 

Sumber : Muslim.or.id